I. Latar Belakang
Saat ini dunia pendidikan tetap menjadi sorotan dan perbincangan. Kemajuan teknologi, ilmu pengetahuan sampai kemajuan social ekonomi dan moral ( etika ) selalu dikaitkan dengan kualitas pendidikan. Menyikapi hal ini kita sadari betapa kemajuan pendidikan sangat mempengaruhi kehidupan manusia dalam berbagai aspek kehidupan.
Banyak orang yang mengatakan bahwa manakala kita ingin melihat kualitas hidup seseorang, maka lihatlah apa yang dilihat dan di bacanya. Apa yang dilihat maksudnya apa yang ditontonnya dalam kehidupan sehari-hari. Kemajuan berpikir manusia ditandai dengan intensitas apa yang dilihat dan dibacanya. Ini artinya manakala sesuatu yang dilihatnya maupun yang dibacanya selalu mengandung nilai tambah positif untuk dirinya maupun kemaslahatan maka sudah dikatakan bahwa dia sudah menunujukan perubahan.
Adanya perubahan selalu diartikan dengan adanya nilai tambah. Ketika menunjukan nilai tambah berarti ada sesuatu yang dipertahankan, yang tiada lain adalah kualitas. Banyak orang maupun lembaga ataupun perusahaan menginginkan kualitas. Bahkan setiap saat kita selalu menuntut kualitas( mutu )
Mengapa selalu ingin yang bermutu ?
Kecarutmarutan disegala aspek kehidupan menuntut individu untuk memiliki survive. Dalam hal ini adalah kesadaran diri untuk berusaha membangun diri lebih berkualitas. Mengapa dimulai dari diri sendiri, karena kesemrawutan di segala bidang ini disebabkan tidak adanya kemampuan untuk membangun kualitas diri sampai ke lembaga yang besar.Lembaga-lembaga banyak yang bangkrut, banyak individu-individu yang mengalami pemberhentian pekerjaan, para pejabat tidak bijaksana dalam memberikan keputusan sehingga berakhir dengan korupsi dimana-mana. Sementara dunia berubah sangat cepat. Untuk mengatasi semua diatas diperlukan cara untuk mempertahankan eksistensi kelembagaan dengan memberikan pelayanan yang berkualitas baik berupa produk maupun jasa. Gintings (2009) menyatakan bahwa :”…untuk membangun system kualitas modern diperlukan transformasi manajemen menuju kondisi perbaikan terus menerus…”( Gaspers,2001:9).
Kondisi perbaikan yang terus menerus inilah yang diharapkan dapat memberikan perubahan walaupun dalam skala yang tidak terlelau tinggi.
II. Pembahasan
A. Batasan Mutu
Munculnya kata mutu merupakan penentuan dari pelanggan. Pelanggan memberikan label mutu atas dasar pengalaman yang diperolehnya dari produk yang telah ia dapatkan. Lihatlah ketika seorang pengendara motor keluar dari bengkel dengan raut yang berseri, dapat dipastikan bahwa pelayanan montir sudah ia terima dengan baik. Artinya Pelanggan memperoleh layanan dengan kualitas yang baik.
Ada banyak defenisi tentang mutu, diantaranya :
1. Mutu adalah gambaran total sifat dari suatu produk atau jasa pelayanan yang berhubungan dengan kemampuannya untuk memberikan kebutuhan kepuasan ( American Society for Quality Controll)
2. Mutu adalah Fitness for Use atau kemampuan kecocokan penggunaan (J.M.Juran)
3. Mutu adalah kesesuaian terhadap permintaan persyaratan ( The conformance of requirements- Philip B. Crosby)
4. Menurut (Wiyono,1999) :
Mutu adalah faktor yang mendasar dari pelanggan. Mutu adalah penentuan pelanggan, bukan ketetapan insinyur, pasar atau ketetapan manajemen. Ia berdasarkan atas pengalaman nyata pelanggan terhadap produk dan jasa pelayanan, mengukurnya, mengharapkannya, dijanjikan atau tidak, sadar atau hanya dirasakan, operasional teknik atau subyektif sama sekali dan selalu menggambarkan target yang bergerak dalam pasar yang kompetitif”. (Wiyono, 1999)
B. Karakteristik Mutu
1.Desain Mutu
Ada empat dimensi kualitas, meliputi;
- Desain, yaitu kekhasan produk atau layanan
- Keseusaian, yaitu kecocokan antara desain yang diinginkan dengan produk yang diberikan
- Ketersediaan, yaitu menekankan pada aspek releabilitas, ketahanan, dan masa berlaku.
- Keamanan, yaitu keterbebasan pengguna dari resiko produk yang berbahaya.
2. Berdasarkan standar mutu;
Diterimanya suatu mutu yang baik manakala mutu tersebut bisa dirasakan oleh public.Dalam pendidikan standar mutu ditetapkan oleh Badan Standar nasional Pendidikan yang meliputi 8 standar nasional
- Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
- Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.
c. Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah criteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan.
- Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.
- Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan
3. Manajemen Mutu dalam Pendidikan
Masalah mutu pendidikan ini tampaknya dari sejak kita merdeka hingga kini belum juga dapat terselesaikan dengan baik. Masalah mutu pendidikan di Indonesia memang sangat komplek dan rumit, dan ini tidak semudah membalikkan kedua telapak tangan kita. Mutu pendidikan merupakan cerminan dari mutu sebuah bangsa. Manakala mutu pendidikannya bagus, maka bagus pula kualitas peradaban bangsa tersebut. Oleh karena itu masalah mutu pendidikan harus menjadi perhatian serius Pemerintah sebagai pembuat kebijakan. Tentu dalam pengimplementasian-nya upaya peningkatan mutu pendidikan menjadi tanggungjawab kita bersama, dan bukan hanya Pemerintah.
Menurut Achmad (1993), mutu pendidikan di sekolah dapat diartikan sebagai kemampuan sekolah dalam pengelolaan secara operasional dan efisien terhadap komponen-komponen yang berkaitan dengan sekolah, sehingga menghasilkan nilai tambah terhadap komponen tersebut menurut norma/standar yang berlaku. Di sisi lain Heyneman dan Loxley dalam Boediono & Abbas Ghozali (1999) menyimpulkan bahwa kualitas sekolah dan guru nampaknya sangat berpengaruh pada prestasi akademis di seluruh dunia; dan semakin miskin suatu negara, semakin kuat pengaruh tersebut. Menurut Penulis, mutu pendidikan merupakan tolok ukur keberhasilan sebuah proses pendidikan yang bisa dirasakan oleh masyarakat mulai dari input (masukan), proses pendidikan yang terjadi, hingga output (produk keluaran) dari sebuah proses pendidikan.
Lalu apa saja permasalahan mutu pendidikan di Indonesai?
Berbicara tentang permasalahan mutu pendidikan di Indonesia, pendidikan merupakan permasalahan yang sangat komplek, dan tidak bisa dilepaskan antara satu poin masalah dengan poin masalah lainnya. Misalnya mutu pendidikan yang berupa hasil belajar yang selama ini kita kenal dengan Hasil Ujian Nasional. Sekarang ini hasil ujian nasioanal dijadikan sebagai salah satu alat ukur dan pemetaan mutu pendidikan di Indonesia. Dari evaluasi hasil ujian nasional tersebut akhirnya Pemerintah mengambil suatu kebijakan untukl meningkatkan mutu hasil belajar peserta didik. Akhirnya diambil kesimpulan bahwa hasil belajar yang bermutu hanya bisa dicapai melalui proses belajar yang bermutu pula. Dan proses belajar yang bermutu membutuhkan SDM serta biaya yang relative besar.
Pemerintah pun akhirnya mengambil langkah awal mengeluarkan kebijakan sertifikasi guru,dengan dalih peningkatan kesejahteraan guru/pendidik. Setelah para guru/pendidik sejahtera diharapkan mampu memacu semangat keprofesionalan mereka dalam mengajar dan mendidik para peserta didik. Benarkah demikian? Yang terjadi adalah sejauh ini kebijakan sertifikasi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan mutu pendidikan belum menunjukan hasil yang menggembirakan.
Berdasarkan pernyataan diatas Husaini Usman (2006 : 411) mengemukakan 13 (tiga) belas karakteristik yang dimiliki oleh mutu pendidikan yaitu :
- Kinerja (performa) yakni berkaitan dengan aspek fungsional sekolah meliputi : kinerja guru dalam mengajar baik dalam memberikan penjelasan meyakinkan, sehat dan rajin mengajar, dan menyiapkan bahan pelajaran lengkap, pelayanan administratif dan edukatif sekolah baik dengan kinerja yang baik setelah menjadi sekolah vaforit
- Waktu wajar (timelines) yakni sesuai dengan waktu yang wajar meliputi memulai dan mengakhiri pelajaran tepat waktu, waktu ulangan tepat.
- Handal (reliability) yakni usia pelayanan bertahan lama. Meliputi pelayanan prima yang diberikan sekolah bertahan lama dari tahun ke tahun, mutu sekolah tetap bertahan dan cenderung meningkat dari tahun ke tahun.
- Data tahan (durability) yakni tahan banting, misalnya meskipun krisis moneter, sekolah masih tetap bertahan
- Indah (aesteties) misalnya eksterior dan interior sekolah ditata menarik, guru membuat media-media pendidikan yang menarik.
- Hubungan manusiawi (personal interface) yakni menunjung tinggi nilai-nilai moral dan profesionalisme. Misalnya warga sekolah saling menghormati, demokrasi, dan menghargai profesionalisme.
- Mudah penggunaanya (easy of use) yakni sarana dan prasarana dipakai. Misalnya aturan-aturan sekolah mudah diterapkan, buku-buku perpustakaan mudah dipinjam di kembalikan tepat waktu.
- Bentuk khusus (feature) yakni keuggulan tertentu misalnya sekolah unggul dalam hal penguasaan teknologi informasi (komputerisasi).
- Standar tertentu (comformence to specification) yakniu memenuhi standar tertentu. Misalnya sekolah tetlah memenuhi standar pelayanan minimal.
- Konsistensi (concistency) yakni keajengan, konstan dan stabil, misalnya mutu sekolah tidak menurun dari dulu hingga sekarang, warga sekolah konsisten dengan perkataanya.
- Seragam (uniformity) yakni tanpa variasi, tidak tercampur. Misalnya sekolah melaksanakan aturan, tidak pandang bulu, seragam dal berpakaian.
- Mampu melayani (serviceability) yakni mampu memberikan pelayanan prima. Misalnya sekolah menyediakan kotak saran dan saran-saran yang masuk mampu dipenuhi dengan baik sehingga pelanggan merasa puas.
- Ketepatan (acuracy) yakni ketepatan dalam pelayanan misalnya sekolah mampu memberikan pelayanan sesuai dengan yang diinginkan pelanggan sekolah.
Ketiga belas karakteristik tersebut, membutuhkan kesiapan yang melibatkan aspek-aspek yang terkait didalamnya mulai dari Kepala sekolah, guru, siswa, masyarakat dan sebagainya yang membutuhkan pengelolaan yang luar biasa dan kerjasama yang berawall dari komitmen yang jelas sehingga dari komitmen inilah muncul pembaruan- pembaharuan yang akhirnya memunculkan perubahan – perubahan walupun memang akan membutuhkan waktu yang tidak singkat. Perubahan – perubahan ini bisa dilaksanakan melalui manajemen yang handal, Total Quality Manajemen ( TQM)
5. Manajemen Mutu Terpadu ( TQM )
Pemikiran mendasar yang muncul berkaitan dengan tuntutan untuk selalu meningkatkan produktivitas dan mutu pendidikan. Manajemen Mutu Terpadu sebenarnya tiada lain muncul dari sikap mental dalam proses memproduksi barang dan jasa. Produksi akan bermutu jika ada pengendalian mutu dalam setiap tahapan harus ada keterpaduan dan kerjasama yang baik. Pengendalian system yang baik akan berhasil setiap karyawannya bersama – sama melakukan pengendalian mutu, hal ini akan menjamin penngendalian mutu secara total. Pendidikan juga seyogyanya harus memiliki prinsip seperti itu.
Manajemen Mutu Terpadu yang sering disebut TQM ( Total Quality Management ) merupakan suatu pendekatan yang berkembang dari Amerika Serikat, dipelopori oleh pakar kualitas Deming, Juran dan Crosby dari tahun 1950dan lebih popular sejak tahun 1980 an diimplementasikan secara luas untuk meningkatkan daya saing perusahaan.
Dari sudut pandang bahasa TQM terdiri dari 3 suku kata : Total yang arinya keseluruhan, Quality atau mutu yaitu bertemuanya kinerja dengan harapan atau standar derajat kesempurnaan produk atau jasa. Manajemen ialah tindakan atau seni dalam menangani, mengelola, mengendalikan dan mengarahkan.
Dari ketiga kata tersebut Gaspers mengemukakan bahwa TQM adalah suatu cara menngkatkan performansi secara terus menerus ( countinous performance improvemen pada setiap level operasi atau proses dalaam setiap area fungsional dari suatu organisasi dengan menggunakan semua sumber daya manusia dan modal yang tersedia.
C. Mengapa diterapkan TQM ?
Historis menunjukan bahwa sejak tahun 1970 Jepang telah bangkit dari ketertinggalannya dan bersaing dengan industry eropa dan amerika, karena menerapkan TQM. Setidaknya TQM memberikan 3 manfaat :
a. Terpenuhinya keperluan dan menyenangkan serta menuaskan pelanggan
b. Membangun loyalitas pelanggan dan menjadi penarik bagi pelanggan baru
c. Meningkatkan keungulan kompetitif organisasi karena mutu bukan merupakan bawaan tetapi diciptakan.
Pilar-pilar TQM
Neni ( Creench,1994) menggarisbawahi bahwa ada 5 pilar yang saling terkaitdan mendukung terslenggaranya TQM dalam setiap organisasi :
![]() |
D. Aplikasi TQM dalam Penyelenggaraan Pendidikan
TQM merupakan peningkatan muut pelayanan pendidikan yang dilakukaknk secra menyeluruh dan terus menerus dengan memanfaatkan sumber daya yang bermutu dan masukan baik dari pelanggan internal maupun pelanggan eksternal untuk menghasilkan produk dan jasa yang sesuai denagn harapan pelanggan agar memberikan kepuasan maksimum
2. Unsur Mutu Pendidikan
Unsur mutu diapat ditinjau dari dua kategori ;
a. Terukur, contohnya jumlah tamatan, nilai ujian nasional, IQ calon siswa
b. Tidak terukur : disiplin siswa, keterampilan tamatan, keterapilam tamatan dsb.
3. Sumber mutu pendidikan :
a. Guru yang bermutu
b. Hasil ujian yang sempurna
c. kekhususan layanan
d. laboratorium dan bengkel yang lengkap
e. Bangunan yang dirawat dengan baik
f. nilai moral yang tinggi
g. ketersediaan sumber daya
h. adanya dukungan orangtua siswa, dunia usaha dan dunia industry
i. penggunaan teknologi yang mutakhir
j. kepemimpinan yang kuat dan sesuai dengan kebutuhan lembaga
k. kepedulian dan perhatian terhadap siswa
l. Kurikulum yang memuat kebutuhan yang seimbang
m. Tim kerja yang baik
4. Pelanggan Pendidikan
· Internal : Guru, Kepala Sekolah, instansi terkait
· Ekternal : siswa, orangtua siswa, pemerintah, masyarakat, bursa tenaga kerja
5. Strategi utama penerapan TQM
Penerapan Standar mutu terdiri dari sub system yang terkait yang bekerja bersama-ssama dan sinergis sehingga menghasilkan keluaran pendidikan yang berkualitas. Bentuk sinergitas tersebut dikelompokan dalam :
a. Raw input
b. Enviromental input
c. Proses
d. Out Put
Daftar Pustaka
Tim Dosen Adpen UPI ( 2001),Pengantar Pengelolaan Pendidikan,Bandung:Adpen UPI
Sobahi, Hanafiah.(2010).Manajemen Pendidikan:PT.Cakra:Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar