Rabu, 28 Maret 2012

Mencari Sosok Pemimpin Pendidikan

  Dalam setiap realitasnya bahwa pemimpin dalam melaksanakan proses kepemimpinannya terjadi adanya suatu permbedaan antara pemimpin yang satu dengan yang lainnya, hal sebagaimana menurut G. R. Terry yang dikutif Maman Ukas, bahwa pendapatnya membagi tipe-tipe kepemimpinan menjadi 6, yaitu :
1.      Tipe kepemimpinan pribadi (personal leadership). Dalam system kepemimpinan ini, segala sesuatu tindakan itu dilakukan dengan mengadakan kontak pribadi. Petunjuk itu dilakukan secara lisan atau langsung dilakukan secara pribadi oleh pemimpin yang bersangkutan.
2.      Tipe kepemimpinan non pribadi (non personal leadership). Segala sesuatu kebijaksanaan yang dilaksanakan melalui bawahan-bawahan atau media non pribadi baik rencana atau perintah juga pengawasan.
3.      TIpe kepemimpinan otoriter (autoritotian leadership). Pemimpin otoriter biasanya bekerja keras, sungguh-sungguh, teliti dan tertib. Ia bekerja menurut peraturan-peraturan yang berlaku secara ketat dan instruksi-instruksinya harus ditaati.
4.      Tipe kepemimpinan demokratis (democratis leadership). Pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya berusaha bertanggung jawab tentang terlaksananya tujuan bersama. Agar setiap anggota turut bertanggung jawab, maka seluruh anggota ikut serta dalam segala kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan, dan penilaian. Setiap anggota dianggap sebagai potensi yang berharga dalam usahan pencapaian tujuan.
5.      Tipe kepemimpinan paternalistis (paternalistis leadership). Kepemimpinan ini dicirikan oleh suatu pengaruh yang bersifat kebapakan dalam hubungan pemimpin dan kelompok. Tujuannya adalah untuk melindungi dan untuk memberikan arah seperti halnya seorang bapak kepada anaknya.
6.      Tipe kepemimpinan menurut bakat (indogenious leadership). Biasanya timbul dari kelompok orang-orang yang informal di mana mungkin mereka berlatih dengan adanya system kompetisi, sehingga bisa menimbulkan klik-klik dari kelompok yang bersangkutan dan biasanya akan muncul pemimpin yang mempunyai kelemahan di antara yang ada dalam kelempok tersebut menurut bidang keahliannya di mana ia ikur berkecimpung.[3]

               Selanjutnya menurut Kurt Lewin yang dikutif oleh Maman Ukas mengemukakan tipe-tipe kepemimpinan menjadi tiga bagian, yaitu :
1.      Otokratis, pemimpin yang demikian bekerja kerang, sungguh-sungguh, teliti dan tertib. Ia bekerja menurut peraturan yang berlaku dengan ketat dan instruksi-instruksinya harus ditaati.
2.      Demokratis, pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya berusaha bertanggung jawab tentang pelaksanaan tujuannya. Agar setiap anggota turut serta dalam setiap kegiatan-kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan dan penilaian. Setiap anggota dianggap sebagai potensi yang berharga dalam usaha pencapaian tujuan yang diinginkan.
3.      Laissezfaire, pemimpin yang bertipe demikian, segera setelah tujuan diterangkan pada bawahannya, untuk menyerahkan sepenuhnya pada para bawahannya untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Ia hanya akan menerima laporan-laporan hasilnya dengan tidak terlampau turut campur tangan atau tidak terlalu mau ambil inisiatif, semua pekerjaan itu tergantung pada inisiatif dan prakarsa dari para bawahannya, sehingga dengan demikian dianggap cukup dapat memberikan kesempatan pada para bawahannya bekerja bebas tanpa kekangan.[4]

               Berdasarkan dari pendapat tersebut di atas, bahwa pada kenyataannya tipe kepemimpinan yang otokratis, demokratis, dan laissezfaire, banyak diterapkan oleh para pemimpinnya di dalam berbagai macama organisasi, yang salah satunya adalah dalam bidang pendidikan. Dengan melihat hal tersebut, maka pemimpin di bidang pendidikan diharapkan memiliki tipe kepemimpinan yang sesuai dengan harapan atau tujuan, baik itu harapan dari bawahan, atau dari atasan yang lebih tinggi, posisinya, yang pada akhirnya gaya atau tipe kepemimpinan yang dipakai oleh para pemimpin, terutama dalam bidang pendidikan benar-benar mencerminkan sebagai seorang pemimpinan yang profesional.

C.    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Pemimpin Dalam Manajemen Pendidikan
               Dalam melaksanakan aktivitasnya bahwa pemimpin dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Faktor-faktor tersebut sebagaimana dikemukakan oleh H. Jodeph Reitz (1981) yang dikutif Nanang Fattah, sebagai berikut :
1.      Kepribadian (personality), pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin, hal ini mencakup nilai-nilai, latar belakang dan pengalamannya akan mempengaruhi pilihan akan gaya kepemimpinan.
2.      Harapan dan perilaku atasan.
3.      Karakteristik, harapan dan perilaku bawahan mempengaruhi terhadap apa gaya kepemimpinan.
4.      Kebutuhan tugas, setiap tugas bawahan juga akan mempengaruhi gaya pemimpin.
5.      Iklim dan kebijakan organisasi mempengaruhi harapan dan perilaku bawahan.
6.      Harapan dan perilaku rekan.[5]

               Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka jelaslah bahwa kesuksesan pemimpin dalam aktivitasnya dipengaruhi oleh factor-faktor yang dapat menunjang untuk berhasilnya suatu kepemimpinan, oleh sebab itu suatu tujuan akan tercapai apabila terjadinya keharmonisan dalam hubungan atau interaksi yang baik antara atasan dengan bawahan, di samping dipengaruhi oleh latar belakang yang dimiliki pemimpin, seperti motivasi diri untuk berprestasi, kedewasaan dan keleluasaan dalam hubungan social dengan sikap-sikap hubungan manusiawi.
Selanjutnya peranan seorang pemimpin sebagaimana dikemukakan oleh M. Ngalim Purwanto, sebagai berikut :
1.      Sebagai pelaksana (executive)
2.      Sebagai perencana (planner)
3.      Sebagai seorangahli (expert)
4.      Sebagai mewakili kelompok dalam tindakannya ke luar (external group representative)
5.      Sebagai mengawasi hubungan antar anggota-anggota kelompok (controller of internal relationship)
6.      Bertindak sebagai pemberi gambaran/pujian atau hukuman (purveyor of rewards and punishments)
7.      Bentindak sebagai wasit dan penengah (arbitrator and mediator)
8.      Merupakan bagian dari kelompok (exemplar)
9.      Merupakan lambing dari pada kelompok (symbol of the group)
10.  Pemegang tanggung jawab para anggota kelompoknya (surrogate for individual responsibility)
11.  Sebagai pencipta/memiliki cita-cita (ideologist)
12.  Bertindak sebagai seorang aya (father figure)
13.  Sebagai kambing hitam (scape goat).[6]

Berdasarkan dari peranan pemimpin tersebut, jelaslah bahwa dalam suatu kepemimpinan harus memiliki peranan-peranan yang dimaksud, di samping itu juga bahwa pemimpin memiliki tugas yang embannya, sebagaimana menurut M. Ngalim Purwanto, sebagai berikut :
1.      Menyelami kebutuhan-kebutuhan kelompok dan keinginan kelompoknya.
2.      Dari keinginan itu dapat dipetiknya kehendak-kehendak yang realistis dan yang benar-benar dapat dicapai.
3.      Meyakinkan kelompoknya mengenai apa-apa yang menjadi kehendak mereka, mana yang realistis dan mana yang sebenarnya merupakan khayalan.[7]

Tugas pemimpin tersebut akan berhasil dengan baik apabila setiap pemimpin memahami akan tugas yang harus dilaksanaknya. Oleh sebab itu kepemimpinan akan tampak dalam proses di mana seseorang mengarahkan, membimbing, mempengaruhi dan atau menguasai pikiran-pikiran, perasaan-perasaan atau tingkah laku orang lain.
Untuk keberhasilan dalam pencapaian suatu tujuan diperlukan seorang pemimpian yang profesional, di mana ia memahami akan tugas dan kewajibannya sebagai seorang pemimpin, serta melaksanakan peranannya sebagai seorang pemimpin. Di samping itu pemimpin harus menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan bawahan, sehingga terciptanya suasana kerja yang membuat bawahan merasa aman, tentram, dan memiliki suatu kebebsan dalam mengembangkan gagasannya dalam rangka tercapai tujuan bersama yang telah ditetapkan.

Kamis, 15 Maret 2012

Bersihkan Hatimu!!


Bagaimana kita membersihkan hati dan mengurangkan sikap-sikap negatif step-by-step? Ikuti 7 tips di bawah ini :
  • Beribadat dengan benar, seikhlas hati
  • Berakhlak baik
  • Menimba ilmu tanpa henti
  • Bekerja keras cara bijak
  • Bersederhana dalam hidup
  • Ringan tangan membantu sesiapa sahaja
Dari pengalaman sendiri, saya "up" lagi dua tips :

Pertama, maafkan orang lain sebelum tidur, ikhlaskan hati dan lupakan kesalahan orang lain yang pernah menyakitkan hati Anda. Dengan ini, dapat mencuci hati dan membentuk diri kita menjadi orang yang berfikiran positif.

Selagi tak melatih diri untuk memberi kemaafan, selagi itu Anda akan berfikiran negatif dan turut menarik segala situasi negatif supaya muncul dalam hidup kita.  Diri kita mengenal negatif dan positif, jika salahsatu dari sifat itu bersarang dalam hati Anda, itulah yang akan ditariknya.

Kedua, sentiasa panjatkan rasa syukur atas apa yang kita ada sekarang ni, fisik kita, harta benda milik kita, termasuk gaji kita! dan keluarga kita. Dalam surah Ibrahim ayat ke 7, Allah berfirman bahawa lebih banyak Anda bersyukur, lebih banyak juga nikmat yang akan ditambahkan ke dalam hidup Anda.

Maka, amat rugi bagi siapa yang jarang bersyukur!

Rabu, 14 Maret 2012

Merangkai Kenangan Dalam Kebersamaan

Tak terasa waktu telah berlalu. Empat tahun kita lewat. Terasa seperti baru kemarin kita dalam kebersamaan. Sadar, kenangan itu akan menjadi catatan terindah dan akan selalu jadi kenangan. Hiruk pikuk, bersama dalam menyiapkan segala sesuatunya untuk bisa mencapai dan meraih sebuah harapan yang menjadi balutan mimpi dalam visi dan misi. Dari sinilah center point kita mulai. Sadar atau tidak, banyak mengagumi langkah-langkah akselerasi kita namun tidak sedikit pula yang mencibir dan sinis tentang prestasi yang telah kita raih. Kadang kita tidak bisa melihat capaian yang kita raih ini sebagai rahmat bagi kita semua. Lembara demi lembar kita warnai dengan keinginan untuk menjadi yang terbaik. Kadang ada malas, lelah tetapi tetap dilalui dengan semangat. Karena kita memiliki pemimpin yang selalu beringinan untuk memajukan sekolah. Adalah suratan ketika ada pertemuan kemudian diringi dengan perpisahan. Tetapi kita yakin perpisahan bukan akhir dari segalanya, tetapi awal pembuktian jati diri kita melalui kepemimpinan demokratis yang pemimpin kita tanamkan. Marilah kita buka lembaran baru ini tanpa niat karena ingin dilihat orang lain, tetapi inilah bukti bahwa apa yang kita lakukan adalah bentuk amaliah kita dalam ibadah......

Selasa, 13 Maret 2012

BATASAN DAN KARAKTERISTIK MUTU


I.                   Latar Belakang
Saat ini dunia pendidikan tetap menjadi sorotan dan perbincangan. Kemajuan teknologi, ilmu pengetahuan sampai kemajuan social ekonomi dan moral ( etika ) selalu dikaitkan dengan kualitas pendidikan. Menyikapi hal ini kita sadari betapa kemajuan pendidikan sangat mempengaruhi kehidupan manusia dalam berbagai aspek kehidupan.
Banyak orang yang mengatakan bahwa manakala kita ingin melihat kualitas hidup seseorang, maka lihatlah apa yang dilihat dan di bacanya. Apa yang dilihat maksudnya apa yang ditontonnya dalam kehidupan sehari-hari. Kemajuan berpikir manusia ditandai dengan  intensitas apa yang dilihat dan dibacanya. Ini artinya manakala  sesuatu yang dilihatnya maupun yang dibacanya selalu mengandung nilai tambah positif untuk dirinya maupun kemaslahatan maka sudah dikatakan bahwa dia sudah menunujukan perubahan.
Adanya perubahan selalu diartikan dengan adanya nilai tambah. Ketika menunjukan nilai tambah berarti ada sesuatu yang dipertahankan, yang tiada lain adalah kualitas. Banyak orang maupun lembaga ataupun perusahaan menginginkan kualitas. Bahkan setiap saat kita selalu menuntut kualitas( mutu )
Mengapa selalu ingin yang bermutu ?
 Kecarutmarutan disegala aspek kehidupan menuntut individu untuk memiliki survive. Dalam hal ini adalah kesadaran diri untuk berusaha membangun diri lebih berkualitas. Mengapa dimulai dari diri sendiri, karena kesemrawutan di segala bidang ini disebabkan tidak adanya kemampuan untuk membangun kualitas diri sampai ke lembaga yang besar.Lembaga-lembaga banyak yang bangkrut, banyak individu-individu yang mengalami pemberhentian pekerjaan, para pejabat tidak bijaksana dalam memberikan keputusan sehingga berakhir dengan korupsi dimana-mana. Sementara dunia berubah sangat cepat. Untuk mengatasi semua diatas diperlukan cara untuk mempertahankan eksistensi kelembagaan dengan memberikan pelayanan yang berkualitas baik berupa produk maupun jasa. Gintings (2009) menyatakan bahwa :”…untuk membangun system kualitas modern diperlukan transformasi manajemen menuju kondisi perbaikan terus menerus…”( Gaspers,2001:9).
Kondisi perbaikan yang terus menerus inilah yang diharapkan dapat memberikan  perubahan walaupun dalam skala yang tidak terlelau tinggi.
II.                            Pembahasan
A.    Batasan Mutu
Munculnya kata mutu merupakan penentuan  dari pelanggan. Pelanggan memberikan label mutu atas dasar pengalaman yang diperolehnya dari produk yang telah ia dapatkan. Lihatlah ketika seorang pengendara motor keluar dari bengkel dengan raut yang berseri, dapat dipastikan bahwa pelayanan montir sudah ia terima dengan baik. Artinya Pelanggan memperoleh layanan dengan kualitas yang baik.
Ada banyak defenisi tentang mutu, diantaranya :
1.      Mutu adalah gambaran total sifat dari suatu produk atau jasa pelayanan yang berhubungan dengan kemampuannya untuk memberikan kebutuhan kepuasan ( American Society for Quality Controll)
2.      Mutu adalah Fitness for Use atau kemampuan kecocokan penggunaan (J.M.Juran)
3.      Mutu adalah kesesuaian terhadap permintaan persyaratan ( The conformance of requirements- Philip B. Crosby)
4.      Menurut (Wiyono,1999) :
Mutu adalah faktor yang mendasar dari pelanggan. Mutu adalah penentuan pelanggan, bukan ketetapan insinyur, pasar atau ketetapan manajemen. Ia berdasarkan atas pengalaman nyata pelanggan terhadap produk dan jasa pelayanan, mengukurnya, mengharapkannya, dijanjikan atau tidak, sadar atau hanya dirasakan, operasional teknik atau subyektif sama sekali dan selalu menggambarkan target yang bergerak dalam pasar yang kompetitif”. (Wiyono, 1999)
B.     Karakteristik Mutu
1.Desain Mutu
      Ada empat dimensi kualitas, meliputi;
  1. Desain, yaitu kekhasan produk atau layanan
  2.  Keseusaian, yaitu kecocokan antara desain yang diinginkan dengan produk yang diberikan
  3.  Ketersediaan, yaitu menekankan pada aspek releabilitas, ketahanan, dan masa berlaku.
  4. Keamanan, yaitu keterbebasan pengguna dari resiko produk yang berbahaya.
2. Berdasarkan standar mutu;
Diterimanya suatu mutu yang baik manakala mutu tersebut bisa dirasakan  oleh public.Dalam pendidikan standar mutu ditetapkan oleh Badan Standar nasional Pendidikan yang meliputi 8 standar nasional
  1. Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
  2. Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.
c.       Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah criteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan.
  1. Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.
  2. Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan

3.  Manajemen Mutu dalam Pendidikan
Masalah mutu pendidikan ini tampaknya dari sejak kita merdeka hingga kini  belum juga dapat terselesaikan dengan baik. Masalah mutu pendidikan di Indonesia memang sangat komplek dan rumit, dan ini  tidak semudah membalikkan kedua telapak tangan kita. Mutu pendidikan merupakan cerminan dari mutu sebuah bangsa. Manakala mutu pendidikannya bagus, maka bagus pula kualitas peradaban bangsa tersebut. Oleh karena itu masalah mutu pendidikan harus menjadi perhatian serius Pemerintah sebagai pembuat kebijakan. Tentu dalam pengimplementasian-nya upaya peningkatan mutu pendidikan menjadi tanggungjawab kita bersama, dan bukan hanya Pemerintah.
Menurut Achmad (1993), mutu pendidikan di sekolah dapat diartikan sebagai kemampuan sekolah dalam pengelolaan secara operasional dan efisien terhadap komponen-komponen yang berkaitan dengan sekolah, sehingga menghasilkan nilai tambah terhadap komponen tersebut menurut norma/standar yang berlaku. Di sisi lain Heyneman dan Loxley dalam Boediono & Abbas Ghozali (1999) menyimpulkan bahwa kualitas sekolah dan guru nampaknya sangat berpengaruh pada prestasi akademis di seluruh dunia; dan semakin miskin suatu negara, semakin kuat pengaruh tersebut. Menurut Penulis, mutu pendidikan merupakan tolok ukur keberhasilan sebuah proses pendidikan yang bisa dirasakan oleh masyarakat mulai dari input (masukan), proses pendidikan yang terjadi, hingga output (produk keluaran) dari sebuah proses pendidikan.
Lalu apa saja permasalahan mutu pendidikan di Indonesai?
Berbicara tentang permasalahan mutu pendidikan di Indonesia, pendidikan merupakan  permasalahan yang sangat komplek, dan tidak bisa dilepaskan antara satu poin masalah dengan poin masalah lainnya. Misalnya  mutu pendidikan yang berupa hasil belajar yang selama ini kita kenal dengan Hasil Ujian Nasional. Sekarang ini hasil ujian nasioanal dijadikan sebagai salah satu alat ukur dan pemetaan mutu pendidikan di Indonesia. Dari evaluasi hasil ujian nasional tersebut akhirnya Pemerintah mengambil suatu kebijakan untukl meningkatkan mutu hasil belajar peserta didik. Akhirnya diambil kesimpulan bahwa hasil belajar yang bermutu hanya bisa dicapai melalui proses belajar yang bermutu pula. Dan proses belajar yang bermutu membutuhkan SDM serta biaya yang relative besar.
Pemerintah pun akhirnya mengambil langkah awal mengeluarkan kebijakan sertifikasi guru,dengan dalih peningkatan kesejahteraan guru/pendidik. Setelah para guru/pendidik sejahtera diharapkan mampu memacu semangat keprofesionalan mereka dalam mengajar dan mendidik para peserta didik. Benarkah demikian? Yang terjadi adalah sejauh ini  kebijakan sertifikasi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan mutu pendidikan belum menunjukan hasil yang menggembirakan.
Berdasarkan pernyataan diatas Husaini Usman (2006 : 411) mengemukakan 13 (tiga) belas karakteristik yang dimiliki oleh mutu pendidikan yaitu :
  • Kinerja (performa) yakni berkaitan dengan aspek fungsional sekolah meliputi : kinerja guru dalam mengajar baik dalam memberikan penjelasan meyakinkan, sehat dan rajin mengajar, dan menyiapkan bahan pelajaran lengkap, pelayanan administratif dan edukatif sekolah baik dengan kinerja yang baik setelah menjadi sekolah vaforit
  • Waktu wajar (timelines) yakni sesuai dengan waktu yang wajar meliputi memulai dan mengakhiri pelajaran tepat waktu, waktu ulangan tepat.
  • Handal (reliability) yakni usia pelayanan bertahan lama. Meliputi pelayanan prima yang diberikan sekolah bertahan lama dari tahun ke tahun, mutu sekolah tetap bertahan dan cenderung meningkat dari tahun ke tahun.
  • Data tahan (durability) yakni tahan banting, misalnya meskipun krisis  moneter, sekolah masih tetap bertahan
  • Indah (aesteties) misalnya eksterior dan interior sekolah ditata menarik, guru membuat media-media pendidikan yang menarik.
  • Hubungan manusiawi (personal interface) yakni menunjung tinggi  nilai-nilai moral dan profesionalisme. Misalnya warga sekolah saling menghormati, demokrasi, dan menghargai profesionalisme.
  • Mudah penggunaanya (easy of use) yakni sarana dan prasarana dipakai. Misalnya aturan-aturan sekolah mudah diterapkan, buku-buku perpustakaan mudah dipinjam di kembalikan tepat waktu.
  • Bentuk khusus (feature) yakni keuggulan tertentu misalnya sekolah unggul dalam hal penguasaan teknologi informasi (komputerisasi).
  • Standar tertentu (comformence to specification) yakniu memenuhi standar tertentu. Misalnya sekolah tetlah memenuhi standar pelayanan minimal.
  • Konsistensi (concistency) yakni keajengan,  konstan dan stabil, misalnya mutu sekolah tidak menurun dari dulu hingga sekarang, warga sekolah konsisten dengan perkataanya.
  • Seragam (uniformity) yakni tanpa variasi, tidak tercampur. Misalnya sekolah melaksanakan aturan, tidak pandang bulu, seragam dal berpakaian.
  • Mampu melayani (serviceability) yakni mampu memberikan pelayanan prima. Misalnya sekolah menyediakan kotak saran dan saran-saran yang  masuk mampu dipenuhi dengan baik sehingga pelanggan merasa puas.
  • Ketepatan (acuracy) yakni ketepatan dalam pelayanan misalnya sekolah mampu memberikan pelayanan sesuai dengan yang diinginkan pelanggan sekolah.
Ketiga belas karakteristik tersebut, membutuhkan kesiapan yang melibatkan aspek-aspek yang terkait didalamnya mulai dari Kepala sekolah, guru, siswa, masyarakat dan sebagainya yang membutuhkan pengelolaan yang luar biasa dan kerjasama yang berawall dari komitmen yang jelas sehingga dari komitmen inilah muncul pembaruan- pembaharuan yang akhirnya memunculkan perubahan – perubahan walupun memang akan membutuhkan waktu yang tidak singkat. Perubahan – perubahan ini bisa dilaksanakan melalui manajemen yang handal, Total Quality Manajemen ( TQM)
5.      Manajemen Mutu Terpadu ( TQM )
Pemikiran mendasar yang muncul berkaitan dengan tuntutan untuk selalu meningkatkan produktivitas dan mutu pendidikan. Manajemen Mutu Terpadu sebenarnya tiada lain muncul dari sikap mental dalam proses memproduksi barang dan jasa. Produksi akan bermutu jika ada pengendalian mutu dalam setiap tahapan harus ada keterpaduan dan kerjasama yang baik. Pengendalian system yang baik akan berhasil setiap karyawannya bersama – sama melakukan pengendalian mutu, hal ini akan menjamin penngendalian mutu secara total. Pendidikan juga seyogyanya harus memiliki prinsip seperti itu.
Manajemen Mutu Terpadu yang sering disebut TQM ( Total Quality Management ) merupakan suatu pendekatan yang berkembang dari Amerika Serikat, dipelopori oleh pakar kualitas Deming, Juran dan Crosby dari tahun 1950dan lebih popular sejak tahun   1980 an diimplementasikan secara luas untuk meningkatkan daya saing perusahaan.
Dari sudut pandang bahasa TQM terdiri dari 3 suku kata : Total yang arinya keseluruhan, Quality atau mutu yaitu bertemuanya kinerja dengan harapan atau standar derajat kesempurnaan produk atau jasa. Manajemen ialah tindakan atau seni dalam menangani, mengelola, mengendalikan dan mengarahkan.
Dari ketiga kata tersebut Gaspers mengemukakan bahwa TQM adalah suatu cara menngkatkan performansi secara terus menerus ( countinous performance improvemen pada setiap level operasi atau proses dalaam setiap area fungsional dari suatu organisasi dengan menggunakan semua sumber daya manusia dan modal yang tersedia.
C. Mengapa diterapkan TQM ?
Historis menunjukan bahwa   sejak tahun 1970 Jepang telah bangkit dari ketertinggalannya dan bersaing dengan industry eropa dan amerika, karena menerapkan TQM. Setidaknya TQM memberikan 3 manfaat :
a.       Terpenuhinya keperluan dan menyenangkan serta menuaskan pelanggan
b.      Membangun loyalitas pelanggan dan menjadi penarik bagi pelanggan baru
c.       Meningkatkan keungulan kompetitif organisasi karena mutu bukan merupakan bawaan tetapi diciptakan.

Pilar-pilar TQM
Neni ( Creench,1994) menggarisbawahi bahwa ada 5 pilar yang saling terkaitdan mendukung terslenggaranya TQM dalam setiap organisasi :









D. Aplikasi TQM dalam Penyelenggaraan Pendidikan
TQM merupakan peningkatan muut pelayanan pendidikan yang dilakukaknk secra menyeluruh dan terus menerus dengan memanfaatkan sumber daya yang bermutu dan masukan baik dari pelanggan internal maupun pelanggan eksternal untuk menghasilkan produk dan jasa yang sesuai denagn harapan pelanggan agar memberikan kepuasan maksimum
2. Unsur Mutu Pendidikan
Unsur mutu diapat ditinjau dari dua kategori ;
a.              Terukur, contohnya jumlah tamatan, nilai ujian nasional, IQ calon siswa
b.      Tidak terukur : disiplin siswa, keterampilan tamatan, keterapilam tamatan dsb.
3. Sumber mutu pendidikan :
a.       Guru yang bermutu
b.       Hasil ujian yang sempurna
c.       kekhususan layanan
d.      laboratorium  dan bengkel yang lengkap
e.       Bangunan yang dirawat dengan baik
f.        nilai moral yang tinggi
g.       ketersediaan sumber daya
h.      adanya dukungan orangtua siswa, dunia usaha dan dunia industry
i.        penggunaan teknologi yang mutakhir
j.        kepemimpinan yang kuat dan sesuai dengan kebutuhan lembaga
k.      kepedulian dan perhatian terhadap siswa
l.        Kurikulum yang memuat kebutuhan yang seimbang
m.    Tim kerja yang baik
4.                                                          Pelanggan Pendidikan
·         Internal : Guru, Kepala Sekolah, instansi terkait
·         Ekternal : siswa, orangtua siswa, pemerintah, masyarakat, bursa tenaga kerja
5.                                                          Strategi utama penerapan TQM
Penerapan Standar mutu terdiri dari sub system yang terkait yang bekerja bersama-ssama dan sinergis sehingga menghasilkan keluaran pendidikan yang berkualitas. Bentuk sinergitas tersebut dikelompokan dalam  :
a.       Raw input
b.      Enviromental input
c.       Proses
d.      Out Put





































Daftar Pustaka

Tim Dosen Adpen UPI ( 2001),Pengantar Pengelolaan Pendidikan,Bandung:Adpen UPI
Sobahi, Hanafiah.(2010).Manajemen Pendidikan:PT.Cakra:Bandung.